Senin, 21 Maret 2011

Suzuki Arashi 125, 200 cc Paking Standar!


Balap trek lurus malam hari, penuh kejutan. Duarrr...! Semua bisa dilakukan demi tampilan engine terlihat standar. Lawan, terkecoh saat melihat. Trik ini dilakukan Hendro Saputro di Suzuki Arashi 125 milik Gebro. Paking blok selembar, tapi sebenarnya isi silinder sudah bengkak jadi 201 cc.

Meledaknya volume silinder, berkat stroke yang naik lewat aplikasi pen stroke 3 mm. Naik-turun, jadi 6 mm. “Piston, pakai Honda Tiger oversize 125. Jadinya, 64,75 mm,” buka Hendro dari workshop HDR M-Tech di Kampung Bojong, Gunung Putri, Citerup, Jawa Barat.

Wah, kok bisa ya! Padahal dari kenaikan stroke dan piston Tiger saja setidaknya sudah mengharuskan pemakaian paking blok lebih dari 4 mm. Kuncinya setang seher alias setang piston.

Hendro mengaplikasi setang piston milik Suzuki Smash. Diameter pen kruk as sama, tapi part pendorong naik-turun piston milik bebek Suzuki 110 cc itu lebih pendek ketimbang milik Arashi. Kombinasi ini yang membuat motor yang terjun di trek 400 meter ini dirasa cukup hanya dengan mengandalkan paking blok standar yang dibuat dari kertas.

Mengakali piston agar tidak mentok saat TMB (Titik Mati Bawah), ada penyesuaian yang dilakukan. Yaitu, pemotongan dinding bawah piston Tiger sebanyak 5 mm. “Aman dari benturan kruk-as. Bagian atas atau dome, dipapas 0,3 mm,” kata pria akrabnya disapa Kokoh ini.

Pakai piston Tiger yang punya pin 15 mm, dia ogah sistem bushing. Kokoh, lebih pilih bubut lubang pen piston di setang piston agar muat pen Tiger. Sebab, pen piston Arashi 14 mm. Maka itu, lubang diperbesar 1 mm. Oh ya! Rantai keteng pun, aplikasi standar Arashi lho! (motorplus-online.com)

Karbu PE di reamer jadi 30mm
Metode Cryogenic

Kapasitas besar, tentu butuh penyesuaian klep. Valve isap dan buang ikut diperbesar. Hendro mengandalkan klep EE. Diameter klep in dibikin 31 mm, klep ex pakai 25,5. Penggarapan sitting klep dibuat lebih serius.

Proses ubahan dilakukan di BRT, Cibonong. “Pakai metode cryogenic, sampai sekarang siting tetap kuat. Enggak mudah oblak. Padahal motor ini juga dipakai harian buat ke kantor,” beber tunner 24 tahun ini.

Diameter porting  intake dibuat 27 dan membesar jadi 28 mm. Sedang exhaust dipatok di 25 mm. Ditemani durasi kem 270º, lift klep in dibikin 8,7 mm dan klep ex 9 mm. Dari hasil pengetesan air flow alias aliran gas bakar di Flowbench BRT terbaru, didapat hasil 120 CFM (Cubic Feet per Minute). “Hasil ini sudah cukup optimal. Tapi, masih bisa dibuat jadi 130 CFM,” tegas Kokoh.

Menjawab Tantangan

Minggu, 20 Maret 2011

Modif Suzuki Satria F-150, Turun Spek Demi Lawan

Aslinya Suzuki Satria F-150 punya Abdul Hamid Manan dari Pulogebang, Jakarta Timur ini, untuk turun di trek 800 meter. Cuma karena enggak ada lawan, Hari Novrian sang mekanik Hari Motor pun terpaksa turun spek.

“Kebetulan ada lawan yang spek-nya di bawah 800 meter. Hasil negosiasi sepakat jadi 600 meter. Pertama memang kalah karena bocor komporesi di head. Ke-2 malah bisa ninggal jauh motor lawan,” bangga mekanik di Jl. H. Naman, Blok R6, Pondok Kelapa, Jaktim.

Diakui Hari, motor tunggangan Dani Tilil ini tak banyak diubah untuk turun spek. Hanya agar mantap akselarasi tanpa mengurangi performa di top-speed. Seperti kompresi, awalnya 12,5:1 buat trek 600 meter naik jadi 13,5:1. Atu bisa dibilang naik satu poin agar putaran mesin bawah jadi lebih responsif.

"Maklum, trek lebih pendek kudu manjakan akselarasi. Apalagi rasio gigi 1 sampai 6 yang digarap koh Nanang Gunawan dari MCC untuk trek 800 meter masih dipakai. Paling gir ganti dari 16/34 jadi 15/35,” ujar mekanik disapa Uda ini.
Untuk bisa ninggalin rival, motor 250 cc setelah bore up juga naik stroke. Pakai piston Scorpio 70 mm dan stroke 66 mm setelah ganti stang piston RX-Z. Cuma harus geser pen kruk-as 9 mm dengan cara pen kruk-as asli diameter 28 mm diganti jadi 22 mm punya RX-Z. Lalu bekas lubang ditambal daging sambil dibuatkan lubang pen baru.

“Paking atas pakai standar 1 lembar. Paking bawah selain diganjal pelat aluminum 2 cm juga ditambah paking standar 1,5 mm,” ulas bapak dua anak ini.

Gabungan bensol biru, Pertamax dan udara dari karbu NSR SP reamer jadi 32 mm dengan spuyer 135/50. Buka-tutup diatur klep Thunder 125 yang punya ukuran 26 mm (in) dan 23 mm (ex).Diimbangi durasi kem 260 derajat baik untuk klep in maupun out.

Modif Yamaha Jupiter Z Juara MP2, Kejar Putaran Bawah


Sirkuit
 Stadion Maulana Yusuf yang jadi hajatan pembuka MotoPrix Region II, banyak menawarkan tikungan patah-patah. Tapi, enggak sampai pinggang patah buat menaklukannya. Karakter ini, coba diimbangi Yamaha Jupiter-Z MP2 pacuan Asep ‘Kancil’ Maulana.

Sirkuit patah-patah karakter balap MP, bikin Jupiter-Z ini mengejar putaran bawah-menengah. “Jadi power mesin lebih siap dipakai jelang keluar tikungan,” ujar Agus Budi Susanto yang meracik pacuan Asep Kancil yang gabung di tim Yamaha SND KYT FDR FIM.

Buat mencipta karakter power seperti itu, banyak part yang diunggulkan. Terutama, dari permainan durasi kem. Putaran bumbungan kem dibuat menjadi 275º (in) dan 280º (ex). Lalu, LSA (Lobe Separation Angle) main di 104º.

Dari karakter LSA yang ditawarkan, 104º tergolong bermain sedang. Artinya, lebih cenderung membiarkan power bermain di putaran bawah-menengah. Sehingga, karakter ini yang diharapkan jadi kekuatan mesin dan gaya balap Asep.

Begitunya durasi dan LSA itu ditemani klep milik Honda Sonic. Tapi, diameter payung klep diperkecil lagi. Aslinya 28/ 24 mm, tapi buat mengimbangi piston FIM diameter 52 mm, klep dibuat menjadi 26/ 23 mm. “Sebelumnya coba bertahan di 24 mm. Tapi power yang keluar malah agak kurang galak di bawah,” bilang pemegang gelar Diploma 3 jurusan Otomotif TPKP Jogja.

Apalagi, kompresi mesin diseting hanya bermain di 13,8 : 1. Rasio kompresi ini juga didukung dari pemapasan kepala silinder sekitar 0,3 mm. “Bahan bakar cukup pakai bensol biru saja,” kata tunner yang baru memulai karirnya tiga tahun lalu ini.(motorplus-online.com)

SETING PENGAPIAN

Menemani permainan putaran bawah yang diterapkan, Agus pun coba memaksimalkan lewat ubahan di sektor pengapian. Mengandalkan magnet Yamaha YZ125, magnet dibuat model basah.

Sebagai otak pengapian dipakai CDI Rextor Monster. Tapi, timing dibuat tidak terlalu tinggi. Tertingi diseting 36º di 9.000 rpm dengan pulser 15º sebelum Titik Mati Atas (TMA). Begitunya limiter di CDI bercasing merah ini dipatok di 14.000 rpm.

Karburator Mikuni TM 24 mm juga diandalkan buat dongkrak putaran bawah. Kombinasi main-jet 130 dan pilot-jet 25 membuat kebutuhan jadi terpenuhi. “Dari merek yang lain, karburator ini lebih spontan buat dukung akselerasi putaran bawah,” aku tunner kelahiran Klaten, Jawa Tengah ini.

DATA MODIFIKASI
Ban : Corsa 90/80-17
Disk brake : Daytona
Sok belakang : YSS
Gas spontan : Daytona
Knalpot : SND

Modif Yamaha Mio, Sudah Dilamar Bro..!!

Demi bermain di trek lurus, Yamaha Mio milik Boim dipersenjatai piston diameter 66 mm. Tapi, bukan piston Honda CBR150, melainkan menggunakan seher Honda Tiger oversize 250. Ukuran diameternya 66 mm.

Agar masuk blok silinder Mio, boring standar diganti. “Menggunakan boring baru yang berdiameter luarnya 69 mm,” jelas Achmad Afandi alias Mple, mekanik bengkel matik HDM Racing yang terletak di Jl. Raya Pondok Melati, Jati Warna, Bekasi.

Namun menggunakan piston Tiger yang dipasang ke blok Mio akan menemui kedala. Kepala piston lebih nongol dan harus dipapas banyak.

Apalagi sekarang diikuti kenaikan stroke. Menggunakan pen stroke 1,5 mm yang berakibat langkah piston naik 3 mm. Makanya paking blok juga harus menggunakan bahan aluminium setebal 0,7 mm.

Kenaikan stroke bisa dihitung. Asalnya 57,9 + 3 mm = 60,9 mm. Dipadukan dengan piston Tiger diameter 66 mm. Kapasitas silinder kini jadi 208 cc.

Suplai gas bakar juga diperbesar. Caranya kepala silinder dipasangi klep besar. Mple mempercayakan klep EE berukuran 30 mm in dan 25 mm out.

Kinerja klep payung besar ini juga diatur buka dan tutupnya oleh per klep Jepang. Per klep ini sudah diketahui banyak orang. Lift kem bisa tinggi dan tidak mudah loyo.

Kinerja klep juga diatur oleh noken as custom. Karena tidak mempercayakan aftermarket. Pas dicoba noken as custom ini membuat lari motor makin beringas. Namun berapa papasan yang dilakukan, Mple tidak mengingat berapa mm. Tapi dia ingat durasi total noken as itu ada di kisaran angka 270°.

Menurut Boim, ubahan yang telah dilakukan ini sanggup mengalahkan lawan-lawannya. Kabar terakhir sudah dilamar salah satu bengkel di Jakarta Timur. Kapan kawin?

PULI AKSELERASI

Agar akselerasi semakin maksimal. motor ini didukung oleh per CVT 2.000 rpm. Karena per cvt standar dirasa loyo saat start atau akselerasi awal. Joki kerap mengeluhkan saat start motor kurang responsif.

Bagian rumah roller tidak banyak yang diubah. Hanya sedikit modifikasi, membuat got roller menjadi lebih tinggi. Atau bahasa mekaniknya got rumah roller disabit. Dimaksudkan agar posisi roller bisa naik menggencet v-belt. Logikanya top-speed tentu jadi ikut bertambah.

Bagian terakhir yang mendukung melesatnya Mio ini, di sektor knalpot. Karena bermain di kelas standaran, harus menggunakan standar modifikasi. Untuk knalpot diubah menggunakan sistem kondom. Knalpot racing dengan tampilan standar. Untuk urusan saluran buang ini sudah dipercayakan kepada produk DBS.(motorplus-online.com) 

DATA MODIFIKASI
Ban depan : FDR Drax 50/90-17
Ban belakang  : HUT 60/90-17
Pelek depan : Akront 1,20/17
Pelek belakang : Akront 1,40/17
Sok belakang : YSS G-Series

Modif KTM 250SXF Part Option Campuran 4 Tak

Special engine atau SE memang khusus untuk balap. Seperti KTM 250SXF yang aslinya untuk motocross. Walau dipakai drag bike tidak masalah dan cukup perubahan kecil. Cukup menggunakan part option yang memang spesial untuk KTM 250 cc ini.

Hasilnya digeber 3 joki dan juara. KTM milik tim Kolor Ijo atau biasa disebut K-Ijo Mandiri asal Nganjuk, Jawa Timur ini masuk urutan tiga besar dalam kelas campuran 4-tak 250 cc.

Toni Cupank, Taufik Omponk dan Rico Boncel dikukuhkan sebagai juara I–III di event drag di Tawang Mas, Semarang, Minggu lalu. Malah oleh Taufik, saat penyisihan tembus di 7,6 detik.

"Memang. Tidak banyak yang disentuh, hanya main di part option. Mekaniknya, Faturohman. Adiknya Mas Sapuan,” bilang Raditya Haria Yuangga, owner tim sembari bilang minggu depan siap pentas di event drag Tasimalaya, Jawa Barat.

Misalnya, piston. Biar lebih umbar power, dipakai penggebuk ruang bakar merek Wiseco. Pilihan ditetapkan pada diameter 76,2 mm. Dengan stroke standar SXF yang 55 mm, kapasitas silinder sekarang bermain pas di 250 cc.

Sebagai penyesuaian, kepala silinder ikut dipapas. Tujuannya, demi mengkail kompresi lebih tinggi lagi dari standar yang 12,8 : 1. “Head dipapas sekitar 2 mm. Lalu, kubah disesuaikan lagi,” sebut Angga, panggilan akrab pria yang tinggal di Jl. Lurah Surodarmo, Jawa Timur ini.
Dengan kompresi yang lebih tinggi, power bawah juga akan lebih terdongkrak. Kini, perbandingan kompresi di ruang bakar sentuh angka 14,1 : 1.

Permainan di sektor engine, masih dilakukan lewat penggantian noken as racing. Enaknya, KTM sudah tersedia part racing aftermarket. Jadi, semacam teknik bolt-on atau bisa langsung pasang untuk bisa menerapkannya langsung. Pakai merek Factory SS, kem tinggal pasang.

Pantas saja! Ketika di garis start, suara 250SXF kelir hijau kinclong ini terasa gahar. Blar...blar... Podium! (motorplus.otomotifnet.com)

SOK DEPAN RX-KING

Buat tarung di trek aspal, sok depan upside down dipensiunkan. Selain berat, fungsinya juga tidak terlalu dibutuhkan. Maka itu, Angga mengaplikasi sok depan milik Yamaha RX- King. Jarak main sok pun juga dipangkas demi cegah ban depan terangkat.

Tapi, untuk as komstir, disesuaikan dengan KTM punya. Jadi, tidak merusak. “Kalau mau pakai upside down lagi, jadi masih bisa,” kata pria ramah berusia 23 tahun ini.

Oh ya! Sebenarnya ada permainan lain seputar engine. Yaitu, pergantian gigi rasio. Mulai gigi I–4, rasio diganti. Tapi sayang, Angga sedikit enggan buat sebutkan perbandingannya. Mungkin, karena part itu juga yang menjadi rahasia pacuan yang sempat memakan waktu sekitar 30 menit saat scrut ini. Waduhhh... 


DATA MODIFIKASI
Ban belakang    : Battlax 70/70-17
Ban depan    : Comet M1 2,25x17
Pelek        : TDR
Main jet    : 140
Final gir    : 16/ 42

Modif Yamaha Mio 2008, Hasil Studi Thailand

Hasil studi di Thailand, salah satunya yaitu pemilihan piston. Tidak perlu lagi mengandalkan bore alias piston atau seher besar. Tapi, cukup tiru piston yang banyak digunakan oleh tuner Thailand buat pacuan FFA.

Piston yang dipakai merek LHK diameter 66 mm, coba diandalkan Ismail Harjono, tunner Harmoni Monster Skutik (HMS) asal Solo, Jawa Tengah. Itu hasil belajar tahun lalu ke Thailand, sekalian balapan dengan matik drag sana.

Hasilnya tidak percuma memang. Ismail mampu menghantar Yamaha Mio yang dipacu Rico Boncel ini bertengger di podium terhormat gelaran TDR YSS Comet DID Drag Bike Championship 2011 di Semarang, Minggu lalu.

Trek lurus Sirkuit Tawang Mas, Semarang jadi saksi kehebatan Mio yang sejak penyisihan bertengger terus di 3 besar. “Waktu ke Thailand banyak ngobrol dengan mekanik sana. Coba saya terapkan di motor ini,” ungkap Ismail.

Sebelumnya, Ismail pilih bermain dengan piston 70 mm buat mengejar kapasitas besar. Piston ini memiliki tipe layaknya piston pacuan Special Engine (SE). Bagian bawah piston lebih pendek. Jadi, tidak seperti piston Honda Tiger atau Yamaha Scorpio yang tergolong panjang.
Malah aplikasi bore ini, katanya terjadi banyak perubahan. Yaitu, dari power yang diinginkan. Jika sebelumnya power teriak dan seoalah kehabisan nafas di jarak 30 meter sebelum finish, kini tidak lagi.

Teriaknya mesin, kini bisa melewati garis finish. “Ketika pakai piston 66 mm, sampai finish masih ada sisa power. Ini sebenarnya yang jadi karakter buat matik,” beber Gembor panggilan karibnya.

Pakai piston besar sebenarnya bisa saja mengakali power. Tapi, power bawah berantakan karena kelewat liar. Buat mengejar kapasitas maksimal, piston 66 mm ini dikombinasi dengan panjang stroke 86 mm. Stroke ini hasil dari kruk as bawaan dari Thailand juga. Yup! Sudah terima jadi!

Dengan penggantian setang seher yang memiliki pen kruk as lebih kecil, otomatis big end bisa digeser lebih jauh lagi. Dengan begitu, total isi silinder yang diaplikasi di Mio kelir kinclong ini, menjadi 295 cc. Menurut tunner 32 tahun ini lagi, kapasitas itu sudah dirasa cukup!

Ke Thailand lagi? (motorplus.otomotifnet.com) 

Lebih Besar Exhaust

Menemani isi silinder yang membengkak, klep andalkan 34 mm (in) dan 30 mm (ex). Klep sendiri mengambil dari milik mobil. Lalu diameter dibuat ulang sesuai kebutuhan.

Guna mengatur naik kapan buka-tutup klep, noken as dari mobil Honda Estilo diaplikasi. Durasi dibuat ulang menjadi 275º (in) dan 280º (ex). Kalau dihitung diameter tiap bumbungan, 18,3 mm (in) dan 18,4 mm (ex).

Tapi anehnya, kok durasi dibuat lebih besar exhaust ya? “Memang seharusnya lebih besar ini. Tapi ini saya lakukan untuk mengejar kompresi rendah. Jadi, power bawahnya tidak terlalu galak,” jelas Gembor sembari bilang sudah terapkan kompresi 15,2 : 1. Perbandingan rasio 18/39 mata dipakai agar hantaran power sesuai keinginan. Yup!

DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Pelek : TDR
Sok belakang : YSS
CDI : Yamaha Fino

Modif Yamaha Vixion 2009, Obsesi R6

Konsep modifikasi Yamaha V-ixion ini mengacu Yamaha R6. Bagi Sohib, si empunya motor hal itu sudah jadi harga mati dan memang tidak bisa ditawar lagi. Dia sudah bosan dengan tampang standar V-ixion besutannya. Sohib sudah mupeng ingin motornya ini segera dimodifikasi beraliran motor sport berfairing seperti R6. 

"Wah, gak kuku, terlalu mahal kalau beli R6 asli. Pakai jalan pintas aja deh. Mending dimodifikasi, cara murah meriah," celetuk Sohib yang langsung menunjuk Sinjay Modified (SM) untuk segera mewujudkan keinginanya.  

Singkat kata dirombaklah V-ixion besutan Sohib ini. Otomatis semua cover bodi bawaan sementara digudangkan. Awalnya terkendala masalah rangka. "Untuk membuat tampilan semirip mungkin dengan R6, mestinya tulang belakang harus dipotong dan membuat rangka baru untuk mendapatkan posisi sudut yang lebih landai. Tapi, yang punya motor enggan melakukan ini. Apa boleh buat dimaksimalkan saja dengan posisi rangka buritan seperti apa adanya," kata Ahmad Muhaimin sang juragan SM.

Giliran bagian yang paling lama proses pengerjaannya adalah membuat fairing. Sebetulnya brother beken dipanggil Imin ini sudah punya mal atau master cetakan fairing. "Tapi, malnya model fairing milik Yamaha M1. Gak masalah kan tinggal direvisi dan menyesuaikan dengan model bergaya R6. Yang penting pengerjaan fairing ini tidak dimulai dari nol, tinggal setengah jalan," bebernya.

Khusus untuk head lamp tidak mau modelnya seperti milik R6. Dia justru malah ingin mengaplikasi lampu proyektor, "Head lamp model R6 sudah terlalu umum. Banyak yang mengaplikasi, mendingan meniru model lampu utama milik Yamaha R1 generasi baru yang sudah mengaplikasi lampu utama model proyektor," bilang Sohib.


Bagi seorang modifikator, konsumen adalah raja. Permintaannya langsung dituruti. Imin hunting projector lamp di beberapa toko variasi.

Kalau kondom fiber di swing arm, sudah tinggal cetak. Pengerjaannya juga sangat cepat. Desain niru R1.

TANGKI KONDOM

Untuk sektor tangki Imin yang juga putra pengusaha rumah makan bebek Sinjay yang sangat tersohor ini lebih memilik trik konvensional. Yakni kondomisasi, "Cara kondom ini lebih efisien dan lebih mudah membuat model seperti yang kita inginkan. Dari pada harus bersusah payah membuat tangki baru berbahan pelat dan sebagainya. Saya tidak menguasai tekniknya," beber yang berkulit hitam manis. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Sok depan: Yoshimura
Cakram depan: PSM
Cakram belakang: Brembo
Stop lamp: Honda Revo
SM: 0856-4844-5905

Modif Suzuki Satria F-150 2008, Piston CBR Terbukti Ampuh Buat Satria F150

Piston Honda CBR150 dipakai di Suzuki Satria F-150 terbukti ampuh. Geberan Antonius Petruk itu jauh meninggalkan lawan dengan selisih waktu hampir 2 detik. Tepatnya di Karawang Drag Bike 2011 lalu.

Motor milik Roby Davidsen Tansil dari New Gaya Motor ini, jawara di kelas FFA s/d 250 cc 4-tak. “Berkat aplikasi piston milik Honda CBR150 yang lebih ringan,” jelas Sapuan, mekanik RMC Sapuan yang kelahiran Nganjuk, Jawa Timur itu.

Piston atau seher CBR150 cukup menguntungkan. Karena ringan dan bentuknya sudah seperti racing. Badan seher hanya sedikit yang bergesekan dengan dinding liner. Menguntungkan buat motor drag bike yang semuanya harus serba ringan.

Seher CBR150 yang digunakan oversize 300. Kini kapasitas silinder 215 cc karena sudah dibarengi naik stroke dengan penggantian setang seher punya Yamaha LS3.
"Diameter seher 66,5 mm dibarengi stroke jadi 62 mm. Ini setelah pen kruk as dimodifikasi dan aplikasi pakai setang piston Yamaha LS3,” imbuh mekanik dari Jl. Intan 1, No. 86, Harapan Jaya, Bekasi.

Gak hanya seher dan stroke yang naik, rencananya magnet juga begitu. Dibikin lebih maju teknologinya. Magnet dibikin seperti milik spesial engine. “Tapi, buat sendiri. Bentuknya mirip YZ125 namun sistem basah atau kerendam oli. Bobotnya dibikin 320 gram,” lanjut mekanik piawai kelistrikan ini.

Pilih bobot 320 gram (lebih berat 20 gram dari magnet asli YZ125 atau motor drag umumnya), jelas punya alasan. Kata pria sumringah ini, bobot sedikit berat untuk mengejar rpm tengah ke atas. Ditujukan imbangi bobot total Satria F-150 yang cukup berat di kelasnya.

Biar piston enggak mentok, kompresi diamankan dengan memapas lingkar luar atau mendem piston 2 mm. Volume ruang bakar didukung kem LHK dan knalpot handmade.

"Kem dapat dari pemilik motor tanpa diubah ulang. Karena speknya pas dengan karakter mesin. Cuma buka-tutup sangat rahasia,” yakin Sapuan. (motorplus.otomotifnet.com)

DATA MODIFIKASI
Karburtor : Keihin PJ34 (40/122)
Per kopling: DBS
Pengapian : BRT I-Max 24 Step
Sok belakang : Kitaco 32 clik
Arm : Aluminium Thailand

Yamaha mio si centil

Bulan ke-2 2010 lalu, Yamaha Mio 2005 garapan H. Khairil jadi yang tercepat di kelas matik s/d 200 cc 4-tak. Kini kesuksesan itu kembali ditoreh di ajang Karawang Drag Bike 2011, Minggu (20/2) lalu.

Saat itu Mio yang ditunggangi Danni Tilil berhasil memecahkan rekor dengan best time 8,459 detik. Sementara ditunggangi Ayip Rosidi, rekornya makin tajam jadi 8,279 detik atau lebih cepat 0,18 detik dari tahun lalu. Hebat!

Yang spesial, tampaknya penajaman waktu tak berpengaruh dengan penggunaan rangka. Sebab waktu pakai joki Danni Tilil, rangka motor pakai tipe aluminium. Sedang dipakai Ayib Rosisi, rangka harus standar sesuai regulasi tahun ini.
“Nggak nyangka juga lebih cepat dari tahun lalu. Padahal targetnya harus sama dari tahun lalu. Apalagi bobot motor sekarang ini selisihnya hampir 10 kg. Suatu prestasi yang baik,” kaget Pak Haji yang juga bikin mesin.

Lucunya lagi, waktu ditanya kenapa bisa lebih cepat bapak ramah ini juga bingung. Namun sebagai perkiraannya, perubahan di sektor pipa knalpot serta lubang buang dan masuk jadi kunci utama kesuksesannya.

“Ada beberapa ubahan setingan dari tahun lalu. Tapi intinya semua diriset ulang,” ujar H. Khairil, juragan SKN MDRT (Setia Kawan Madura Racing Team) di Jl. Raya Bogor, Jakarta Timur saat buka rahasia setingan.


Paling signifikan diameter lubang pangkal pipa knalpot stainless semakin kecil dan lekukannya rata sampai ke belakang. Kata Pak Haji, dulu diameternya 28 mm dengan tebal 0,8 mm, sekarang jadi 25 mm tebal pelat 0,5 mm. Makanya kalau digeber abis, pangkal pipa tampak merah membara.

“Suhu di ruang bakar tinggi kalau sampai knalpot membara. Perubahan ini sangat berpengaruh di putaran atas. Itu karena  pakai setingan spuyer lebih irit dari tahun lalu biar tenaga tidak ngedrop,” ujar bapak yang menyeting karbu PE28 pakai pilot-jet 45 dan main-jet 122.

Lalu aliran bensin masuk dapur pacu lewat klep diameter 31 mm (in) dan 28 mm (ex), geraknya diatur kem yang durasinya dipatok 264º (in) dan exhaust bermain di 263º. Alhasil, gas bakar di kompresi piston standar Tiger 63,5 mm dan dipadu stroke standar yaitu 57,9 mm. Total kapasitasnya pun jadi 183 cc.

“Pemakaian piston 63,5 mm yang dome-nya dibikin 2 mm itu, butuh penyesuaian kembali di kepala silinder. Mulai dari pemapasan head yang 0,8 mm untuk bisa bikin padat kompresi di ruang bakar,” bangga Pak Haji.

DATA MODIFIKASI
Ban : Eat My Dust
Pelek : TDR
Roller : Variasi 11 gram
Rasio : Kombinasi 16/42
CDI : Yamaha Fino

Mio Jawara Matik 200cc

Seher atau piston CBR kembali berjaya untuk adu kebut lurus aje. Seperti di Yamaha geberan M. Ramji dari Tomo Speed Shop yang juara 1 kelas matik tune-up s/d 200 cc. Pada Day Batlle Enduro KYT Drag Bike di Lanud Wiriadinata, Tasikmalaya, Minggu lalu.

Piston CBR memang ringan. Selain itu bentuknya sudah seperti racing. Lebar badan piston yang bersentuhan langsung dengan boring hanya sedikit. Dengan begitu, gesekan jadi ringan.

Enaknya lagi piston CBR punya ring piston yang tipis. “Jelas mengurangi gesekan dengan liner dan tidak menyedot power mesin,” jelas Utomo Tjioe, bos Tomo Speed Shop yang menurunkan 4 motor di drag bike yang liputannya ada di halaman 23 edisi ini.

Piston CBR150 yang digunakan oversize 50. “Tepatnya ukuran diameter seher jadinya 64 mm,” jelas brother beken dipanggil Tomo yang selalu dekat dengan Otoy dari Banana Speed itu.

Seher CBR150 yang digunakan sengaja hanya yang 64 mm. Karena seher yang asli pabrik Honda maksimal sampai oversize 100. Lebih dari itu piston CBR palsu itu. Karena Honda tidak mengeluarkan oversize segede itu.

Supaya lebih enteng, diperingan lagi. “Caranya badan seher dilubangi. Sekalian untuk membantu pelumasan,” ucap Tomo yang berkacamata itu.

Kemudian kepala seher dipapas bagian pinggirnya. “Supaya mendem 0,3 mm setelah naik stroke 3 mm,” jelas Otoy yang mendampingi Tomo.

Kenaikan stroke ini didapat dengan cara mudah. Cukup dengan menggunakan pen stroke 1,5 mm. Berarti kini stroke total bisa diketahui. Stroke standar 57,9 mm + 3 mm = 60,9 mm. Dengan begitu, kapasitas silinder kita bisa tahu. Dari diameter seher 64 mm dan stroke 60,9 mm. Maka volume silinder jadinya 195,8 cc.

Untuk kepala seher juga bagian pinggirnya dibikin sudut. Agar ketemu dengan squish di kepala silinder yang dibentuk sudut juga. Namun Tomo tidak tahu sudut kemiringan ini. Maklum head dibuat di Thailand.

Head buatan Thai ini mengusung klep 31/27 mm. Ukurannya rada aneh memang. Sebab biasanya menggunakan klep EE yang berukuran 31/25,5 mm. Menurut Tomo, dari sananya begitu. Jadi, gak tahu teorinya.

Di ruang bakar juga ada yang aneh. Kalau hanya dibuatkan squish sih sudah jamak. Tapi, yang ini dilengkapi nat. Seperti di ruang bakar Honda Tiger.

Jadinya kepala seher lebih mendem posisinya. Total jarak antara squish dan bagian atas seher 0,9 mm. Didapat dari pengukuran piston yang mendem 0,3 mm ketika blok dipasang. Ditambah tebal paking head 0,3 dan ditambah lagi nat 0,3 mm. Jadinya pas 0,9 mm.

Untuk suplai bahan bakar cukup menggunakan karburator Keihin PE 28 standar. Tanpa dilakukan reamer. Cukup dibarengi dengan penggunaan pilot-jet 42 dan main-jet 30 mm. Hasilnya motor ini bukan hanya juara 1. Juga sabet gelar juara 3 dan 5 di kelas yang sama dengan joki berbeda.

Kem 19/26

Satu lagi yang membuat korekan Tomo seperti meraba. Durasi bukaan klep tidak tahu. Atau jangan-jangan Tomo tidak bisa menggunakan dial gauge untuk mengukur durasi kem. Kuno banget ya?

Tomo hanya tahu ukuran pinggang kem 19 mm. Sedangkan tinggi bubungan 26 mm. “Soal buka-tutup klepnya saya tidak tahu,” cuap Tomo yang hanya menurukan motor matik di event drag bike Tasikmalaya itu.

Sepertinya motor ini buatan Thailand. Namun menurutnya dikorek di sini. Menurutnya, hanya bahan saja yang dibeli di Thailand.

Kehebatan motor ini sebenarnya bisa dijadikan acuan. Sebab, rangka hanya menggunakan pipa standar. Minim lubang pula.

Tidak seperti lawan-lawannya. Meski masing menggunakan komstir dan underbone standar, tapi bagian buritan sasis banyak yang dicustom. Bahkan ada yang sudah menggunakan bahan aluminium.

Ini full besi, Cuy! (www.motorplus-online.com) 

DATA MODIFIKASI
 Ban depan : Eat My Dust 45/90x17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80x17
Rumah roler: Fino
Rasio: 15/40
Roller : 9 gram
Paking blok : 1 mm

Mio Kem Kerbau 8,2 Detik

Sebelumnya, motor ini pernah ditulis MOTOR Plus. Namun belum sampai ngebahas kem yang digunakan seperti kerbau alias gemuk. Itu yang sebenarnya jadi andalan di Yamaha Mio tim Kajito Setia Jaya Racing Team, buat berpacu di lintasan 201 meter.

Memang, sebenarnya profil kem ini banyak dipakai pada pacuan road race. Itu karena profil kem yang dimiliki sama seperti kem Swedia yang dipopulerkan Benny Djatiutomo dari Star Motor.

"Kem ini cocok dipakai untuk mesin yang sudah mengusung klep besar. Profil gemuknya bikin gas bakar yang masuk dan terbuang jadi lebih seimbang,” bilang Sutikno, selaku tunner Mio asal Nganjuk, Jawa Timur.

Lalu, untuk membuat kem kerbau, tunner akrab disapa Cak Tik ini mengambil bahan dari kem milik Honda Genio. Profil tiap bubungan yang ditawarkan punya jarak yang sama seperti kem Mio. Tinggal menyesuaikan panjang keseluruhan.

Selain bentuknya sama, bicara soal bahan juga lebih keras. Ibarat kem mentah. Jadi, kem tidak mudah tergerus pelatuk klep. Dengan bubungan yang sudah gemuk itu, Cak Tik hanya tinggal membuat ulang durasi yang dibutuhkan.
Biasanya, kem kerbau bermain di durasi 270º. Itu diterapkan pria yang sejak tahun 80-an sudah ngulik engine motor ini. Baut klep isap, membuka 32º sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 58º sebelum TMB (Titik Mati Bawah).

Sedang klep buang, membuka 65º sebelum TMB dan menutup 31º sebelum TMB. Total, keduanya bermain di 270º (in) dan 276º. Kalau dihitung LSA (Lobe Separation Angle) dipatok di 105º. Itu artinya, punya karakter bermain power di putaran bawah menengah. Yup, apalagi cuma bermain di jarak 201 meter tuh. Macam kerbau membajak sawah, torsi yang dihasilkan juga kuat dan besar.

Mengaplikasi klep EE5, klep isap dipakai diameter 35 mm dan klep buang 29 mm. Dengan kepala silinder yang sudah dipapas 0,4 mm, lift klep in dipatok 9,9 mm. Sedang klep ex, 9,8 mm. Ini yang bikin aliran gas masuk dan buang jadi imbang.

Tanpa naik stroke, pemakaian piston Honda Tiger oversize 275, menemani kombinasi kem kerbau. Kubah di head silinder dibuat menyesuaikan diameter piston yang dome dibikin 2 mm. “Sengaja lebih mengandalkan piston besar. Tujuannya untuk mengkail putaran bawah agar lebih besar,” beber pria 42 tahun ini.

Besarnya power bawah ini juga dibantu dari pemakaian magnet buatan. Bentuknya, meniru dari magnet Kawasaki KX80. Akhirnya, teknologi yang diusung mampu menghantar Abu Tolip podium utama matik kelas 200 cc di event drag Semarang, Minggu lalu. Waktu yang dicapai 8,2 detik. “Biasanya sih bermain di 8,1 detik,” sergap Cak Tik.

Mantap! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Vee Rubber 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
Knalpot : MCC
CDI : Yamaha Fino
Sok belakang : YSS

Template by : kendhin x-template.blogspot.com